PENASARAN???

Liga Prima Indonesia

Kamis, 20 Oktober 2011

Senin, 17 Oktober 2011

ANTV Laga Persahabatan di RCTI Laga Pembukaan?

Jakarta (Kabar Bonek) – Hari ini, Jumat 14 Oktober 2011, telah terjadi suatu keberhasilan dan kegemilangan besar di sepakbola nasional. Hari ini, kita telah melihat bersama bahwa PSSI berhasil melibas orang-orang yang ingin menghancurkan sepakbola nasional dengan sikap cerdasnya. Dan hari ini pula kita bisa melihat awal yang baik bagi sepakbola Indonesia.

Sejenak kita flashback ke kejadian malam itu, Kamis (13/10). Di Hotel Ambhara Jakarta, KB bersama media-media lain meliput jalannya rapat CEO alias manager meeting klub-klub peserta IPL musim 2011-2012. Entah apa yang terjadi di sana, yang jelas sangat-sangat terlihat bahwa ada skenario rapi yang tersusun dalam pertemuan tersebut. Skenario untuk membuat kompetisi gagal digelar sehingga PSSI bakal disanksi FIFA.

Akibatnya pun jelas, ada KLB alias Kongres Luar Biasa PSSI. Dan puncak dari skenario ini adalah kepemimpinan Prof Djohar Arifin Husain – yang belum genap setahun memimpin – akan hilang dan kemungkinan besar digantikan oleh orang-orang eks rezim lama di balik bendera sang perusak sepakbola nasional, Aburizal Bakrie.

Bayangkan, ini jelas sebuah skenario yang rapi : 14 klub menyatakan mundur dari kompetisi IPL yang rencananya akan bergulir besok (15/10). 14 klub tersebut antara lain Sriwijaya, Persisam, Persiba Balikpapan, Bontang, Persipura, Persidafon, Persiwa, Mitra Kukar, Persela, Pelita, PSPS, Deltras, Arema versi Rendra Kresna, Persebaya versi WW, dan Semen Padang, yang semuanya dimotori oleh Harbiansyah dari Persisam Samarinda (namun kabar terbaru menyatakan bahwa Persipura dan Semen Padang akhirnya menarik diri dan menyatakan siap tampil di IPL karena takut akan ancaman FIFA, red).

Lawannya adalah 10 klub yang mendukung IPL harus digelar pada 15 Oktober. Ke-10 klub itu adalah Persebaya 1927, Persiraja, Persija versi Hadi Basalamah, Arema versi Sam Ikul, PSMS, PSM, Persema, Persibo, PSM, Persijap, dan Persiba Bantul.

Coba analisa, kita akan bisa mendapatkan satu kesimpulan gampangan, bahwa ke-14 klub tersebut akan bermuara ke sebuah skenario untuk menginginkan PSSI kembali jatuh ke trah Bakrie. Mulai dari Persebaya versi WW (di belakangnya ada La Nyalla, ADT, dan tentu saja Bakrie), Arema versi RK (di belakangnya ada ADT dan NDB), hingga Deltras, Pelita, Mitra Kukar, dan Persela (yang di dalamnya lagi-lagi ada Bakrie).

Yang sedikit membuat Kabar Bonek heran adalah seorang Wishnu Wardana. Orang yang selama ini berkoar-koar di media bersama La Nyalla Matalitti untuk ‘menyelamatkan’ Persebaya agar tetap dapat ikut dalam IPL musim ini, ternyata hanya sebuah bohong belaka. Toh pada akhirnya Persebaya versi WW tetap ada di kubu 14 – atau lebih tepatnya, kubu Bakrie – yang mengharap agar kompetisi tidak dijalankan. Bahkan, skenario yang rapi namun busuk ini pada intinya hanya bermuara (lagi-lagi) ke satu hal, yaitu pencitraan diri untuk proyeksi Pemilu 2014. (Sudah pernah KB bahas, baca catatan tentang Asyiknya Merusak Ala Bakrie, red.). Nah, satu lagi yang membuat KB heran adalah bagaimana bisa, Persebaya yang (katanya) telah merger, kok malah jadi dua lagi. Jika memang demikian, berarti proses merger itu hanyalah omong kosong lagi.

Mengapa Kabar Bonek menyebut ini adalah sebuah skenario rapi yang dapat digagalkan oleh PSSI? Sebenarnya jawabannya cukup simpel dan dapat diterima dengan akal sehat. Masih ingat PSSI cenderung mengubah-ubah format kompetisi yang tadinya dua wilayah, lalu menjadi 18 klub, dan akhirnya menjadi 24 klub seperti sekarang? Jika Anda masih ingat, maka itulah jawabannya.

Logikanya sederhana, PSSI sudah tahu skenario apa yang nantinya akan dibuat oleh Bakrie cs yang semakin tak legowo dengan kepemimpinan Prof Djohar Arifin. Sejak awal, PSSI telah mengetahui taktik gerilya Bakrie ke klub-klub anggota PSSI agar mengagalkan kompetisi sehingga secara tidak langsung akan menggoyang kursi Prof Djohar. Ini ditandai dengan mundurnya 14 klub dalam kompetisi IPL. PSSI cerdik. Itulah guna peserta kompetisi yang begitu banyak, salah satunya sebagai tindakan pencegahan kompetisi bubar gara-gara hal bodoh semacam ini.

Coba bayangkan lagi : Jika PSSI tetap menggelar liga dengan tidak memasukkan 6 klub tambahan – alias tetap dengan format ISL, yaitu 18 klub, maka jika 14 klub mengundurkan diri, praktis PSSI hanya memiliki 4 klub tersisa yang KB rasa mustahil untuk ikut dalam suatu kompetisi resmi yang diakui FIFA. Namun, ternyata lagi-lagi PSSI lebih cerdik dari mereka. PSSI membuat kompetisi yang diikuti 24 klub. Jadi, jika toh nantinya 14 klub itu sungguh-sungguh ingin keluar dari rel-nya, maka kompetisi IPL masih mempunyai 10 klub, dan itupun masih direstui oleh FIFA untuk memutar kompetisi dengan hanya 10 klub. Bahkan, nantinya bisa saja klub-klub level II yang berkualitas bagus, namun tak lolos verifikasi seperti PSIS Semarang, Persik Kediri, Persis Solo, dapat mengikuti IPL untuk menggantikan 14 klub yang tak tahu malu.

Itulah mengapa para barisan Bakrie cs yang dimotori oleh La Nyalla Matalitti ngotot untuk tetap menggelar kompetisi dengan 18 klub dengan alasan statute PSSI. Dan yang terjadi jika itu dilakukan adalah kompetisi akan bubar karena bagaimanapun skenario mundurnya 14 klub itu telah terencana sejak jauh-jauh hari. Namun ternyata, kebaikan akan selalu lebih cerdik dari kejahatan.

Bahkan belakangan timbul opsi gertak sambal dari 14 klub tersebut yang mengancam akan menggelar liga tandingan (seperti LPI lalu) jika tidak digubris. Kalau menurut analisa KB, jelas itu akan sulit. Mengapa? Karena semua telah tahu, siapa dalang di balik 14 klub tersebut – yang jelas-jelas bertolak belakang dengan misi sepakbola. Yang kedua, unsure politis tak akan bisa dipisahkan dari 14 klub tersebut, dan KB juga yakin polisi tak akan member ijin untuk itu.

Kick-off IPL semakin dekat hanya dalam hitungan jam. Tentu saja mafia-mafia itu masih saja mencari celah untuk menghancurkan sepakbola nasional dengan berbagai cara, misalnya dualisme. Namun ada pertanyaan yang timbul di benak KB setelah KB menulis ini, berani tidak PSSI menghukum 14 klub tersebut, termasuk Persebaya WW, minimal ditendang untuk main di kasta kedua lah, atau dikeluarkan dari keanggotaan PSSI seperti jagoan kita kemarin : PSM, Persibo, Persema, dan Persebaya.

Kebaikan sudah mengantongi satu nilai kemenangan. Namun, tetap harus diperhatikan. Ternyata mereka (pasti) belum mau menyerah kalah. Ada kekuatan besar yang terus dan terus ingin menggerogoti sepakbola Indonesia dari dalam. Jika kita mengaitkan dengan kiprah salah satu partai dalam sistem politik Indonesia, akan terlihat suatu partai yang tak pernah menjadi oposisi, tapi akan selalu menggerogoti pemerintah dari dalam. Dan KB rasa semuanya akan tahu partai apa yang dimaksud.
Selamat datang IPL. Selamat datang harapan baru dan semangat baru. CHANGE THE GAME !

Senin, 10 Oktober 2011

Pembangkit Listrik Tenaga Osmosis


Kebutuhan terhadap sumber energi, terutama energi listrik, mendorong munculnya banyak variasi sumber pembangkit. Terlebih adanya desakan untuk menciptakan sumber pembangkit ramah lingkungan, menjadi salah satu faktor pendorong untuk mencari sumber energi lain selain bahan bakar fosil. Salah satu yang saat ini sedang ramai adalah pembangkit dengan konsep renewable energy yang umumnya sudah banyak dikembangkan di negara – negara maju. Salah satu bagian dari renewable energy adalah pembangkit listrik menggunakan teknik energi osmosis yang akan dibahas pada artikel ini.


Pada prinsipnya, proses pembangkitan listrik melibatkan perubahan energi kinetik menjadi energi listrik (memutar rotor pada generator). Energi kinetik inilah yang umum menjadi permasalahan. Hal ini dikarenakan pada metode pembangkitan secara konvesional (seperti pembangkit berbahan bakar fosil) bahan bakar tersebut akan dibakar untuk memanaskan air, yang pada proses selanjutnya akan menghasilkan tekanan untuk memutar rotor. Hal inilah yang kemudian dilihat dan berusaha dimanfaatkan pada proses osmosis.Berdasarkan pengertiannya, Osmosis merupakan salah satu sifat yang dimiliki dari benda cair (fluida) untuk berpindah melalui lapisan semiperrmiabel diantara 2 fluida yang memiliki kepekatan berbeda. Lapisan semipermiabel ini berfungsi untuk memisahkan 2 lapisan dan hanya mampu ditembus oleh air, sementara partikel yang lain tertahan. Sehingga arah pergerakan fluida berasal dari fluida dengan kepekatan rendah menuju fluida dengan kepekatan lebih tinggi hingga dicapai kepekatan yang sama. Perpindahan fluida ini akan mengakibatkan adanya perubahan volume yang juga mengakibatkan tekanan pada sisi fluida yang lebih pekat. Tekanan ini kemudian akan menyebabkan pergerakan fluida dan tekanan yang dapat digunakan sebagai sumber energi kinetik. Konsep inilah yang kemudian digunakan pada pembangkit listrik dengan konsep teknik osmosis dengan memanfaatkan air laut. Dengan memanfaatkan kepekatan air laut dan juga air murni, pembangkit listrik dengan teknik osmosis dapat dikembangkan.

Proses dan Cara Kerja Osmosis
Pada saat proses osmosis telah mencapai titik keseimbangan


Teknik osmosis yang digunakan pada pembangkit listrik memiliki 2 tipe yang berbeda, yaitu SHEOPP Converter dan Underground PLO Plant:

1. SHEOPP Converter
SHEOP Converter merupakan pembangkit listrik yang terpasang di dasar permukaan laut. Prinsip yang digunakan pada pembangkit ini adalah menggunakan air laut sebagai fluida pekat, dan memanfaatkan aliran air sungai atau dam yang berfungsi sebagai fluida yang kurang pekat. Dasar peletakan pembangkit ini didasar laut dikarenakan faktor beda ketinggian dan juga kadar kepekatan air laut itu sendiri. Faktor ini cukup mempengaruhi energi listrik yang nantinya dapat dibangkitkan. 

2. Underground PLO Plant 


Pada prinsipnya, tipe pembangkit Undergorund PLO Plant memiliki prinsio kerja yang sama dengan SHEOPP Converter. Perbedaan terletak pada penempatan pembangkit. Jika pada SHEOPP Converter, pembangkit diletakkan pada bagian dasar laut untuk memastikan tekanan dan jumlah fluida yang tepat, maka pada pembangkit tipe Undergorund PLO plant pembangkit diletakkan di bawah tanah. Hal ini yang didasarkan untuk memunculkan perbedaan tekanan, dengan mengalirkan air dari sungai atau dam dan air laut menuju ke level tekanan yang lebih rendah. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Underground PLO Plant
Akan tetapi, seperti banyak pembangkit renewable energy lainnya, konsep pembangkit dengan teknik osmosis masih mendapat banyak tantangan. Hal ini terkait dengan faktor – faktor kualitas, kuantitas, dan ekonomis yang kurang baik. Permasalahan terutama terpaku pada kemampuan lapisan semipermiabel sebagai bagian penting teknik ini, dan juga faktor biaya yang dibutuhkan dalam menghasilkan energi listrik per Watt-nya.Oleh karena itu masih sedikit pembangkit listrik dengan teknik ini yang dikembangkan. Perkembangan pembangkit dengan teknik ini sampai sekarang, hanya terdapat beberapa tempat , diantaranya adalah oleh perusahaan Starkraft di Tofte, Norwegia dan Eddy Potash Mine di New Mexico. Bahkan ketika pertama kali dibangun, pembangkit listrik yang berada di Norwegia hanya mampu menghasilkan beberapa kilo-Watt yang jika dikonversikan hanya dapat memanaskan air untuk 1-2 ketel. Perhatian pada pembangkit ini pun akhirnya menarik beberapa pihak untuk meneliti dan menelaah lebih jauh. Salah satunya adalah perhatian untuk peningkatan kerja pada sisi lapisan semipermiabelnya. Namun, seiring waktu berjalan, bukanlah sesuatu yang tidak mungkin apabila di masa depan pembangkit dengan teknik ini dapat menjadi salah satu bagian dari sistem pembangkit listrik dengan dasar renewable energy.